Pages

Powered by Blogger.
.

Popular Posts

Sunday, 23 November 2014

Tugas Tahap Perkuliahan ke-1(a), 1(b) & 1(c)

Laporan Aktivitas Belajar
Nama Lengkap
:
Faisal Amin
NIM/ No. Registrasi
:
11031405
Alamat email
:
Program & Opsi
:
Setara D1 – ITB, Jurusan/opsi  : TKJ / APL
Tahap Perkuliahan ke-
:
1(a),  1(b), &  1(c)
USBJJ
:
SEAMOLEC

Aktivitas Belajar Mandiri
Rangkuman materi perkuliahan yang telah saya pelajari (100-400 kata):
Tahap Perkuliahan :
         Ke-1 (a) – Character Building, Untuk menciptakan pribadi yang disiplin. Dapat mengatur waktu yang efektif untuk hal yang positif. Dengan seringnya melakukan hal – hal yang bermanfaat menjadikan diri seseorang jauh akan dari sikap bermalas - malasan dan kemudian dapat memikirkan sesuatu hal yang membuat kita menarik dan suka untuk belajar. Prioritas Utama dengan hal – hal berikut adalah atas dasar kemauan, semangat, tekun, ikhlas dan sabar.
  
        Ke-1(b) – Pembuatan Video Dokumentasi, Dengan adanya pembuatan video dokementasi ini, kita dapat lebih berhati -  hati sekaligus belajar untuk berbicara sopan,  mudah dimengerti dan mengunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, dengan melalui video dokumentasi ini lebih memudahkan seseorang untuk mengerti daripada melalui media artikel ataupun buku
       Ke-1(c) – Laporan Aktifitas Belajar, Dengan adanya laporan aktifitas belajar, kita dapat menstruktur kegiatan – kegiatan kita lebih efektif dan dapat menjadikan pribadi yang kreatif dan inovatif
Kendala atau kesulitan yang telah saya atasi (termasuk cara mengatasinya) dan yang masih saya hadapi:


Video Dokumentasi Belajar
Cuplikan gambar (screenshots) dari Video Dokumentasi Belajar yang telah saya buat:





Link berikut menampilkan Video Dokumentasi Belajar yang telah saya upload ke Youtube:
Video Tugas Perkuliahan Ke 1(b): - Blender animasi.

Saturday, 15 November 2014

Tugas Rasul

21:107, "Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Untuk mewujudkan tujuan agar menjadi Rahmatan lil ‘Alamin dibutuhkan tahapan-tahapan kerja serta solusi-solusi dalam mengatasi kendala-kendala di lapangan. Secara global seperti yang diterangkan dalam Al Quran surat 9:20,

"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan."
Tanpa tegaknya seluruh perintah Allah, dalam seluruh tatanan masyarakat, serta sirnanya seluruh penghalang, tujuan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam tak akan tercapai. Jadi, tak boleh dibatasi oleh batas negara dan suku bangsa.

TUGAS RASUL-RASUL ALLAH
39:32-33, "Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa."
a. Meng-idzhar-kan atau Iqomatud-Diinullah diatas diin yang lain
9:33, "Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan diin yang haq untuk dimenangkanNya atas segala diin yang lain, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai."
42:13, "Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah Ad-Diin dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik apa yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada Ad-Diin itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (diin)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)."
b. Menyelenggarakan khilafah dan mentegakkan keadilan

38:26, "Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi, Maka berilah Keputusan (hukum) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan."

Sifat-Sifat Rasul

Rasul adalah seseorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT dan memiliki kewajiban untuk menyebar luaskan wahyu tersebut.
Nabi adalah seseorang dengan jenis kelamin pria yang mendapat wahyu dari Allah SWT namun tidak wajib disebarkan kepada orang lain.

Karena Rasul adalah manusia istimewa yang dipilih oleh Allah sebagai utusanNya, maka tentu Rasul memiliki sifat-sifat yang unggul.
Bergaul dengan baik merupakan bersikap baik kepada orang lain, sikap ini memerlukan seorang Muslim yang memiliki akhlak Islami. Kerana orang yang mampu memiliki sikap bergaul dengan baik terhadap orang lain, bererti ia merupakan orang yang sabar, lembut, murah hati, gemar memaafkan, jujur, memiliki sifat ‘Iffah (menjaga kehormatan diri), dapat dipercaya, zuhud dan tawādu‘. Sifat-sifat tersebut dan juga sifat yang lain dimiliki oleh Rasulullah s.a.w.. Dalam hal ini, Beliau telah menunjukkan teladan kepada kita semua dengan sikap yang Beliau praktikkan dalam memperlakukan dan mempergauli para sahabat, isteri-isteri, saudara maranya dan juga seluruh umat Islam dengan baik.
Rasulullah s.a.w.  adalah sosok yang mampu menguasai hati dan jiwa para sahabat, sehingga kecintaan mereka terhadap Beliau jauh melebihi kecintaan mereka kepada sesuatu yang lain. Ungkapan yang selalu mereka gunakan dan selalu mereka sebutkan ketika sedang berbicara dengan Beliau adalah: “Bi abī anta wa ummī yā Rasūlallāh”, yang ertinya: “Saya menebus anda dengan ayah dan ibuku wahai Rasulullah.”
Sikap memperlakukan dan mempergauli dengan baik yang dimiliki oleh Rasululah s.a.w. tidak hanya terbatas pada para sahabat Beliau sahaja. Akan tetapi mencakup semua kaum perempuan, saudara mara, orang lain dan juga budak-budak kecil, baik itu dilakukan ketika berada dalam perjalanan ataupun tidak. Semoga Salawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah s.a.w..
Terhadap para sahabat, Beliau memperlakukan dan mempergauli mereka dengan baik dan lembut. Beliau memanggil mereka dengan sebutan nama kunyah mereka (nama julukan yang diawali dengan kata Abū atau Umm). Hal itu dilakukan sebagai tanda hormat kepada mereka dan juga untuk membahagiakan hati mereka. Jika terdapat seseorang di antara mereka yang belum memiliki nama kunyah, maka Beliau akan memberinya, sehingga untuk selanjutnya ia dikenal dan dipangil dengan nama kunyahtersebut. Beliau memberi nama kunyah kepada S)uhaib bin Mālik dengan sebutan Abū Yahyā, kepada ‘Abdullāh bin Mas‘ūd dengan sebutan Abū ‘Abd al-Rahmān, padahal ia tidak memiliki anak. Memberi nama kunyah kepada Anas bin Mālik dengan sebutan Baqlah dan memberi kunyah  kepada dan Abū Bakrah dengan namanya sendiri (dimaksudkan dengan sebutan Abū Bakrah).
Rasulullah s.a.w. juga memberi nama kunyah terhadap budak-budak kecil, seperti namakunyah Abū ‘Umair yang Beliau berikan kepada saudara Anas bin Mālik. Kisahnya adalah seperti berikut: Anas bin Mālik memiliki saudara lelaki yang bernama ‘Umair, ia memiliki teman bermain berupa seekor burung kecil yang dikenal dengan nama al-Naghru. Pada suatu ketika burung tersebut mati, hati ‘Umair pun bersedih. Melihat ‘Umair nampak bersedih, Rasulullah s.a.w. bertanya kepadanya: “Apa yang sedang terjadi pada diri ‘Umair?” Dikatakan kepadanya: “Burung kecil yang menjadi teman bermain telah mati.”Kemudian Beliau berkata kepada ‘Umair: “Wahai Abū ‘Umair, apa yang telah terjadi pada al-Nughair?”[1]
Beliau juga memberi nama kunyah terhadap kaum perempuan yang telah memiliki anak. Seperti halnya Beliau juga yang memulai memberikan nama kunyah terhadap kaum perempuan yang belum memiliki anak. Sebagai contoh, nama kunyah Umm ‘Abdillāh yang Beliau berikan kepada ‘Ā’isyah r.a (yang dimaksudkan dengan ‘Abdullāh di sini adalah anak lelaki saudara perempuan ‘Ā’isyah, iaitu ‘Abdullāh bin Zubair). Beliau juga memberikan sebuah nama kunyah Umm Khalīd kepada seorang perempuan, padahal pada waktu itu perempuan tersebut masih kecil.
Di antara fator yang menyebabkan para sahabat sangat mencintakan Rasulullah s.a.w.  adalah sikap dan perlakuan Beliau kepada mereka yang sangat baik dan lembut. Di bawah ini saya akan menyebutkan enam hadith yang menjadi bukti bahawa Beliau benar-benar memiliki sikap mempergauli para sahabat dengan sangat baik dan lembut. Enam hadith tersebut adalah seperti berikut:
1.    Setiap Rasulullah s.a.w. berjabat tangan dengan seseorang, maka Beliau tidak akan melepaskan genggaman tangannya kecuali orang yang berjabat tangan tersebut melepaskan genggaman tangannya terlebih dahulu.
2.    Pada suatu waktu, ada seorang hamba sahaya perempuan yang datang menemui Rasulullah s.a.w., kemudian ia memegang tangan Beliau dan mengajak Beliau pergi untuk suatu keperluan peribadinya. Beliau menurutkan kemauhan yang diinginkan hamba sahaya perempuan tersebut dan Beliau tidak akan meninggalkannya sampai ia mendapatkan apa yang diinginkan.
3.    Setiap ada seseorang yang mengajak bicara bengan Rasulullah s.a.w., Beliau tidak akan memalingkan mukanya dan berlalu pergi kecuali orang tersebut yang memulakan pergi terlebih dahulu.
4.    Rasulullah s.a.w. tidak pernah memotong pembicaraan seseorang, kecuali jika ia telah melanggar batas. Pada kebiasaannya, Beliau akan memotong pembicaraan mereka dengan cara memlarang mereka atau dengan berdiri.
5.    Setiap baginda Rasulullah s.a.w. bertemu dengan salah satu sahabat, maka Beliau akan memulakan untuk mengajak berjabat tangan, kemudian memegangnya dengan erat dan penuh persaudaraan.[2]
6.    Rasulullah s.a.w. selalu memulakan mengucapkan salam kepada setiap orang yang ditemukan.
Rasulullah s.a.w. adalah sosok yang terkenal sangat ramah dan mulia, ia selalu memuliakan setiap orang yang datang untuk bertemu dengan Beliau. Bahkan kadang-kadang Beliau membentangkan rida’ untuk para tetamu dan mempersilahkan mereka duduk di atas bantal yang sebelumnya Beliau duduk di atasnya. Jika mereka menolak, maka Beliau akan memaksanya sampai mau. Diriwayatkan bahawa pada suatu ketika ada salah seorang dari kelompok Bajīlat al-Abt)āl (ia adalah Jarīr bin ‘Abdullāh al Bajalī)[3]datang ke majlis Rasulullah s.a.w. yang penuh sesak oleh para sahabat. Ia berusaha mencari tempat duduk, namun tidak menemukannya, akhirnya ia duduk di pintu. Kemudian Rasulullah s.a.w. melipat rida’ Beliau dan melemparkan ke arah Jarīr dengan berkata: “Duduklah di atas rida’ ini.”  Jarīr mengambil rida’ tersebut, namun tidak ia gunakan untuk duduk akan tetapi ia tempelkan ke muka dan menciumnya sambil menangis. Kemudian ia kembalikan rida’ tersebut kepada Rasulullah s.a.w. seraya berkata: “Saya tidak akan duduk di atas rida’ Rasulullah s.a.w. ini, semoga Allah s.w.t memuliakanmu seperti halnya kamu telah memuliakan saya.” Rasulullah s.a.w. menoleh ke kiri dan ke kanan dan berkata: “Jika datang kepada kalian seseorang yang mulia di antara kaumnya, maka muliakanlah dirinya.”

SIFAT-SIFAT RASUL SAW
       Karena Rasul adalah manusia istimewa yang dipilih oleh Allah sebagai utusanNya, maka tentu Rasul memiliki sifat-sifat yang unggul
       Ini untuk mendukung keberhasilan penyampaian risalah, penunaian amanah, dan memimpin umat
       Ini menjadi daya tarik bagi Rasul, sehingga manusia mau berhimpun di sekitarnya, bergerak bersamanya, dan dapat menggantikannya
SIFAT MANUSIAWI (اَلْبَشَرِيَّةُ)
       Rasul yang diutus untuk manusia adalah manusia juga, bukan malaikat (18:110)
       Oleh karena itu, Rasulullah SAW juga memperlakukan para sahabat secara manusiawi, bahkan kepada binatang dan tumbuhan pun memperlakukannya dengan sangat baik
       Beberapa sisi manusiawinya Rasul:
      Terhadap Sahabat-Sahabatnya
      Terhadap Istri-istrinya
      Terhadap Putra-putrinya
      Terhadap Musuhnya
      Terhadap hewan

1.    SIDIQ ( JUJUR )
Artinya : Dan kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat kami dan kami  jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia ( QS. Maryam : 50 ) 
2.    AMANAH ( TERPERCAYA )
Artinya : Ketika saudara mereka ( Nuh ) berkata kepada mereka : “mengapa kamu tidak 
bertaqwa? Seseungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan ( yang diutus ) kepadamu ( QS. Asy- syu’aro : 106 – 107 ) 
3.    TABLIGH ( MENYAMPAIKAN WAHYU )
Artinya : Wahai Rasul ! sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu ( QS.Al-maidah : 67 ) 



4.    FATHONAH ( CERDAS )
Artinya : Dan itulah keterangan kami yang kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya ( QS. Al- An’am : 83 ) 


MA’RIFATUR RASUL (معرفة الرسول (1


1.      Muqadimah


Dalam setiap kehidupannya, fitrah seorang insan akan senantiasa mengakui keberadaan suatu Dzat yang Maha segala-galanya. Namun dalam perjalanannya, untuk 

memahami secara benar mengenai Dzat yang Maha segala-galanya ini manusia tidak mungkin dapat mengetahuinya hanya dengan mengandalkan fitrah dan akalnya saja. 

Manusia ‘memerlukan’ seorang penuntun yang mengantarkan dirinya pada Allah, beserta cara untuk menyembah-Nya dengan baik dan benar. 

Di sinilah, Allah SWT mengutus para rasul, guna membimbing mereka ke jalan yang benar. Rasul yang juga meluruskan berbagai fenomena ‘kekeliruan’ dalam 

menyembah Allah. Di tambah lagi dengan adanya kelicikan syaitan yang senantiasa menjerumuskan insan dalam berbagai bentuk kemusyrikan. Tanpa seorang rasul, 

maka dapat dipastikan seluruh manusia akan tersesat dalam lembah kehinaan yang sangat mencekam.

Oleh karena itulah, sangat urgen bagi kita semua untuk kembali memahami hakekat para rasul, kedudukannya, urgensitasnya, sifat-sifatnya, tugas-tugasnya dan 

yang terakahir mengenai karakteristik risalah Nabi Muhammad SAW. Karena semua rasul adalah manusia. Semua rasul, mengajak pada satu ajaran yaitu mengesakan 

Allah dengan merealisasikan ibadah hanya kepada-Nya.


2.      Ta’rif Rasul.


Dari segi bahasa, rasul berasal dari kata ‘rasala’ yang berarti mengutus. Sedangkar rasul, adalah bentuk infinitif (baca; masdar) dari kata ‘rasala’ ini 

berarti utusan, atau seseorang yang diutus. Adapun dari segi istilahnya rasul adalah:


الرَّجُلُ الْمُصْطَفَي الْمُرْسَلُ مِنَ اللهِ بِالرِّسَالَةِ إِلَى النَّاسِ


Seorang laki-laki yang dililih dan diutus Allah SWT dengan membawa risalah kepada umat manusia.

Rasul merupakan seorang pilihan diantara sekian banyak manusia yang berada di muka bumi. Ia adalah manusia yang mulia dan terbaik, karena akan mengemban 

sebuah amanah yang tidak ringan, yaitu menunjukkan jalan Allah kepada umat manusia. Oleh karena itulah, sejak kecil, seorang rasul sudah terlihat dengan 

memiliki ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain. Karena ia akan membawa amanah yang tidak ringan. Secara garis besar, amanah yang diembankan 

kepada rasul adalah:

1.(حامل الرسالة) Membawa dan menyampaikan risalah (al-Islam)

Mengenai hal ini, Allah berfirman (QS. 5 : 67):


يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ


“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak 

menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

2.(قدوة في تطبيق الرسالة) menjadi qudwah (baca; tauladan) bagi umat manusia dalam mengaplikasikan risalah yang dibawanya. Karena manusia tidak akan mungkin dapat 

melaksanakan apa yang diperintahkan Al-Qur’an jika tidak dengan contoh dan tauladan dari Rasulullah SAW. Demikian juga para nabi-nabi yang lain, mereka 

memiliki tugas untuk menjadi qudwah dalam mengaplikasikan risalah. Allah SWT berfirman (QS. 33 : 21) :


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا


“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari 

kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Mengenai nabi yang lain, Allah mencontohkan dalam Al-Qur’an (QS. 60 :4)


قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ


“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: 

"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu 

permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.”



Kedudukan Rasul.


Sebagai manusia, seorang rasul juga memiliki ciri dan sifat yang sama dengan manusia lain pada umumnya. Rasulullah SAW juga demikian, beliau memiliki fisik 

yang sama sebagaimana sahabatnya, beliau juga memiliki nasab. Hanya beliau mendapatkan wahyu yang tentunya tidak didapatkan oleh orang lain, dan beliau 

memiliki kewajiban untuk menyampaikan risalah tersebut kepada seluruh umat manusia. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai kedudukan Rasulullah SAW:


1.(عبد من عباد الله)


Seorang rasul, ia merupakan seorang hamba diatara hamba-hamba Allah lainnya. Rasulullah SAW merupakan seroang hamba Allah sebagaimana yang lainnya. Beliau 

juga beraktivitas sebagaimana mereka beraktivitas. Beliau makan, minum, pergi ke pasar, beristri dan lain sebagainya. Beliau juga merasakan sesuatu yang kita 

rasakan, baik rasa suka ataupun rasa duka. Beliau juga mengalami sakit dan penderitaan sebagaimana kita mengalaminya. Bahkan penderitaan yang beliau rasakan, 

jauh lebih besar daripada penderitaan kita. Oleh karena itulah, sesungguhnya hal-hal yang beliau lakukan, juga dapat kita lakukan. Karena kita sama-sama 

manusia. Dan sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk mengerjakan perintah Rasul karena Allah telah mengutus rasul itu dari kalangan mereka sendiri yang 

sangat dekat dengan kehidupan mereka. Hanya yang membedakannya adalah bahwa beliau mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Allah berfirman (QS. 18 : 110)


قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا


Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". 

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat 

kepada Tuhannya".


2.(رسول من المرسلين) Rasulullah SAW merupakan seorang rasul diantara para rasul lainnya.


Rasulullah SAW selain sebagai hamba biasa juga sebagai rasul yang mempunyai keutamaan dan ciri-ciri kerasulan. Rasulullah SAW memiliki mu’jizat sebagaimana 

para nabi dan rasul yang lain, dengan berbagai keutamaan lainnya. Allah berfirman (QS. 3 : 144)


وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ



“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke 

belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan 

kepada orang-orang yang bersyukur.”

Ilmu Allah

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Ali Imron:190-191)
Ilmu Allah
Ilmu Allah swt. maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi serta yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan bisa menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi.”(QS. Al-Hajj: 70)
“Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia. Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hasyr: 22)


“Di sisi-Nya segala anak kunci yang ghaib, tiadalah yang mengetahui kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiada gugur sehelai daun kayu pun, melainkan Dia mengetahuinya, dan tiada sebuah biji dalam gelap gulita bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, melainkan semuanya dalam Kitab yang terang.” (QS. Al-An’am: 59)

“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” (QS. Al Kahfi: 109)

“Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqman: 27).

Hendaknya manusia senantiasa men-taddaburi ayat-ayat-Nya, baik yang qauliyah maupun kauniyah. Karena di sana terdapat lautan ilmu-Nya, serta dorongan untuk mengkaji maupun mengimplementasikannya. “Hai jama’ah jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman: 33). Dengan ayat ini manusia akan mengerti jika ingin menembus langit diperlukan energi yang besar.

Pencipta
“Dia lah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 24).

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihtaanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al Mulk: 3-4)


Pemberi rezki
Allah sangat lembut dan kasih sayang pada hamba-Nya, dan memberikan mereka kehidupan di bumi yang penuh kenikmatan. Sedemikian hingga tanah pun menumbuhkan tunas dan hijauan meski manusia tidak menggarapnya. Dari tanah itu dihasilkanlah buah-buahan serta sayur-mayur berwarna kuning, hijau dan oranye. Masing-masing memiliki bau, rasa, dan zat-zat makanan yang khas, yang sangat berguna bagi manusia dalam hidupnya. Keberlimpahan nikmat nabati ini ada begitu saja sejak manusia dilahirkan, walau tanpa diminta.
”Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Israa’, 17:32)
Wahyu
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dia; dan bertaqwa-lah kepada Allah.Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya" (Al Hasyr:7)

Hikmah mengimani ilmu Allah SWT untuk Kebenaran Mutlak, dan Pedoman hidup
Pertama,
Membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti dirinya dihadapan Allah SWT, sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia adalah ibarat setitik air laut dibandingkan dengan air laut secara keseluruhan. Oleh karena itumanusia tidak ada alasan Untuk sombong dan menjadikan ilmu menjadi penyebab kekufuran dan kedurhakaan kepada Yang Maha Mengetahui segalanya. Seharusnya manusia menjadikan ilmu untuk alat ber-taqorub kepada-Nya, sebagaimana perilaku para ulil albab.



Kedua,
Dengan menyadari bahwa ilmu Allah SWT sangat luas, tidak ada satupun -betapa pun kecil dan halusnya- yang luput dari ilmu Nya, maka manusia akan dapat mengontroltingkah laku, ucapan amalan batinnya sehingga selalu sesuai dengan yang diridhai AllahSWT.
Ketiga,
Keyakinan terhadap ilmu Allah SWT akan menjadi terapi yang ampuh untuk segala penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya. Maka dalam pemahamannya adalah dengan mengaplikasikan sifat Allah SWT tsb dalam kehidupan nyata sehari hari, berusaha melaksanakan perintah dan larangan-Nya baik ditempat ramai maupun sunyi. Kita tidak lagi terpengaruh dengan "diketahui" atau "tidak diketahui" oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. 
Karena kitamenyadari betapa Allah SWT Maha Mengetahui yang pasti selalu melihat, mendengar,memperhatikan apa yang kita lakukan di mana dan kapan saja